Tantangan & Profesi Baru yang Akan Muncul di Era Metaverse
Era metaverse telah hadir sejak tiga dekade terakhir. Namun, popularitasnya sangat dikenal publik sejak Mark Zuckerberg mengumumkan rebranding Facebook menjadi Meta pada 28 Oktober 2021.
Berdasarkan data yang dirilis Meta, terdapat 3,6 miliar pengguna internet yang mengunjungi seluruh platform-nya pada 2021. Menariknya, pengunjung internet secara perlahan mulai beralih perhatian pada inovasi teknologi modern seperti virtual reality dan augmented reality.
Disamping itu, metaverse dikenal banyak orang sebagai ruang virtual yang menawarkan sensasi yang berbeda dimana pengunjungnya dapat melakukan petualangan seperti bermain, berkerja, berbelanja, melakukan interaksi digital dengan sesama avatar, menonton konser, dan melakukan berbagai aktivitas lainnya seperti di dunia nyata.
Ruang virtual ini merupakan sebuah inovasi teknologi masa kini yang memanfaatkan penggabungan teknologi virtual reality, augmented reality, dan koneksi internet.
Tantangan di Era Metaverse
Konsep metaverse layaknya sebuah transformasi teknologi yang menawarkan segala kemudahan untuk semua orang. Meskipun saat ini gagasan mengenai metaverse masih cukup abu-abu untuk diprediksi akan seperti apa di masa depan.
Namun, untuk tetap bisa mengikuti perkembangan yang ada, kita perlu sadar dengan berbagai potensi tantangan yang akan muncul, seperti:
1. Law and Jurisdiction
Metaverse dikenal sebagai ruang virtual dimana hampir segala aktivitas di dunia nyata dapat ditiru di dalamnya. Pengunjung juga dapat merasakan terkoneksi satu sama lain. Sehingga seseorang berkesempatan untuk melakukan petualangan bebas di ruang virtual.
Dengan fenomena perkembangan kejahatan yang terjadi di media sosial, metaverse juga memiliki potensi untuk melakukan pelanggaran hukum. Terlebih lagi, aturan mengenai pemblokiran akun yang ditetapkan apabila pengguna melakukan pelanggaran tidaklah cukup.
Baru-baru ini, muncul kasus virtual sexual harassment yang terjadi di berbagai konser virtual metaverse. Sehingga melalui peristiwa yang terjadi ini menyadarkan kita semua bahwa perlu adanya regulasi khusus untuk dijadikan pendoman bagi setiap avatar dalam melakukan aktivitas digital.
Akan tetapi, metaverse tidak memiliki lokasi real dan resmi. Hal ini juga diluar kewenangan hukum internasional. Oleh karena itu, negara dan pihak-pihak yang berwenang perlu memastikan apakah ruang virtual ini aman bagi penggunanya
2. Privacy and Data Security
Di era globalisasi, tentu kita sering mendengar surat kabar yang membahas banyak perusahan multinasional yang melakukan pelanggaran data. Sedangkan, metaverse akan menyimpan lebih dari informasi alamat email dan kata sandi setiap orang yang akan berkunjung ke dunia virtualnya.
Dengan informasi data yang didapatkan, teknologi juga perlu memastikan privasi informasi dan keamanan data pribadi untuk setiap pengguna. Sehingga memunculkan tantangan baru untuk membuat strategi keamanan yang lebih safety dan memastikan bahwa data pengguna tidak disalahgunakan.
3. Currency and Payment System
Saat ini metaverse tidak hanya menjadi games platform saja, fenomena ini akan secara otomatis menciptakan pasar online baru yang menghubungkan miliran penggunanya di seluruh dunia.
Dengan begitu banyak mata uang dan jenis cryptocurrency yang beredar di dunia virtual, dibutuhkan sistem pertukaran yang cepat, mudah, dan aman.
Sementara itu, muncul challenge baru untuk meyakinkan pengguna bahwa mereka dapat mengandalkan metode pembayaran di metaverse dan merasa aman saat terlibat dalam berbagai transaksi keuangan di dalamnya.
4. Addiction and Mental Health
Apabila kamu sudah menonton film yang berjudul Ready Player One, pasti kamu akan mengetahui persis bagaimana dunia virtual dapat mempengaruhi kesehatan mental seseorang.
Disamping itu, banyak sekali remaja dan anak-anak yang mengalami kecanduan bermain game, kecanduan menonton video youtube, bahkan kecanduan melakukan over sharing kehidupannya di dunia maya.
Peristiwa ini juga dapat menyebabkan meningkatnya permasalahan kesehatan mental seperti: mengalami gangguan mood, depresi, gangguan kecemasan, atau dapat juga hingga terjadi percobaan bunuh diri.
Oleh sebab itu, masing-masing individu perlu memiliki kesadaran untuk lebih bijaksana dalam memanfaatkan teknologi dan menggunakan sosial media.
5. Ownership and Property
Apabila kita membicarakan mengenai dunia virtual, tentu hal yang kamu bayangkan pasti seputar melakukan berbagai aktivitas layaknya di dunia nyata dengan sensasi yang berbeda.
Saat ini, banyak pengunjung yang berlomba-lomba membeli aset digital seperti tanah dan bangunan. Investasi properti ini menjadi primadona karena dianggap memberikan keuntungan besar sejalan dengan kepopuleran metaverse sekarang ini. Sayangnya, fenomena ini juga memunculkan kekhawatiran di masa depan karena investasi yang dilakukan akan menurun nilainya sejalan dengan penurunan jumlah pengguna internet.
Selain itu, contoh lain yang bisa kita lakukan di metaverse adalah membeli dan memiliki aset digital. Pengunjung dapat membeli berbagai aset digital yang akan ditandai dengan kepemilikan Non-Fungible Tokens (NFT).
NFT akan dijadikan bukti hak kepemilikan untuk seni, musik, video, dan lain-lain. Namun, belum ada sistem terpadu yang dapat digunakan dan mengatur terkait verifikasi pemilik aset virtual NFT di metaverse.
Terlebih lagi, segala inovasi di metaverse diciptakan melalui Artificial Intelligence (AI). Oleh karena itu, hasil karya di lingkungan virtual sulit mendapatkan perlindungan kekayaan intelektual khusus karena hanya hasil karya manusialah yang dapat dilindungi.
Tidak hanya itu, content creator di metaverse juga akan merasakan kesulitan untuk melindungi kekayaan intelektual mereka. Hal ini terjadi karena sulitnya melacak pelanggaran hak cipta di dunia maya.
6. Identity
Pernahkah kamu bertanya-tanya apakah teman media sosial mu akan semenarik yang kamu bayangkan di kehidupan nyata? Hal itu tentu akan sama terjadi di dunia virtual karena avatar di metaverse juga membangun image melalui avatarnya masing-masing.
Sehingga fenomena ini memunculkan tantangan baru yang terletak pada pembuktian identitas pengguna karena di dunia virtual seseorang akan dengan mudah meniru dan mengikuti gaya, data, kepribadian, bahkan seluruh identitas penggunanya.
Oleh karena itu, melihat tantangan yang ada tentu sangat dibutuhkan sistem verifikasi khusus agar masing-masing pengguna merasa lebih nyaman untuk berkreasi tanpa khawatir karakter avatarnya ditiru oleh pengguna lain.
Profesi di Era Metaverse
Metaverse adalah ruang virtual besar yang membutuhkan talent-talent andal dari berbagai bidang ilmu yang bertujuan untuk mengoperasikan dan mengembangkan dunia virtual.
Oleh sebab itu, dengan adanya keberadaan metaverse saat ini memunculkan peluang-peluang pekerjaan baru yang sangat potensial bagi seluruh masyarakat dunia. Berikut adalah beberapa pekerjaan potensial yang akan kamu temukan di dunia metaverse:
1. Metaverse Cyber Security
Metaverse sebagai ruang virtual berbasis teknologi tingkat tinggi tentu memiliki potensi untuk menjadi target serangan cyber dan penipuan. Peretasan avatar oleh pencuri NFT, kebocoran biometrik, dan peretasan headset VR menjadi beberapa contoh kejahatan yang dapat terjadi di metaverse.
Berbagai contoh potensi kejahatan inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa pakar keamanan cyber sangat dibutuhkan di dunia virtual ini.
Dengan adanya keberadaan seseorang cyber security, akan ada seseorang dan sistem yang akan memproteksi serta memblokir apabila tiba-tiba terdapat serangan cyber secara real time.
Selain itu, akan terdapat seseorang yang mengidentifikasi risiko keamanan dan memastikan pertimbangan ulang serta amandemen undang-undang & protokol terkait cyber security. Sehingga figur cyber security merupakan sosok krusial yang memastikan seluruh keamanan teknologi dunia metaverse.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari cyber security secara lebih dalam seperti halnya, Carnegie Mellon University, Massachusetts Institute of Technology, University of California, Institut Teknologi Bandung, BINUS University, Tarumanagara University, dan dsb.
2. Construction Engineer
Keberadaan berbagai bangunan unik yang terdapat di metaverse juga tidak terlepas dari kemampuan dan hasil karya seseorang metaverse construction engineer.
Oleh karena itu, dunia metaverse sangat membutuhkan seseorang yang dapat menyusun, merancang, dan membangun keseluruhan desain metaverse.
Keahlian ini tentu membutuhkan seseorang memiliki kemampuan lebih dalam bidang desain grafis. Construction engineer juga dituntut untuk mampu membuat konstruksi bangunan meskipun secara sederhana.
Melalui hasil karya seorang construction engineer, pengunjung metaverse akan semakin terpukau dengan visualisasi suasana yang ditawarkan. Sehingga keahlian ini juga membuka kesempatan baru bagi lulusan desain grafis untuk mencari cuan di dunia metaverse.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari graphic design secara lebih dalam seperti halnya, Royal College of Art, Parsons School of Design at The New School, Rhode Island School of Design, Massachusetts Institute of Technology, Institut Teknologi Bandung, BINUS University, Universitas Pelita Harapan, dsb.
3. Metaverse Planner
Munculnya metaverse yang menjadi trending topik dunia juga memunculkan peluang pekerjaan baru bagi masyarakat untuk bisa menjadi seorang metaverse planner.
Dalam merancang dan mengeksekusikan sebuah ide di dunia virtual bukanlah sebuah tindakan yang mudah. Hal ini terjadi karena setiap perusahaan yang terjun di dunia metaverse akan berlomba-lomba untuk memaksimalkan fungsi dan membaca peluang untuk mendapatkan keuntungan dari keberadaan ruang virtual ini.
Tidak hanya itu, perusahaan juga perlu menciptakan berbagai strategi agar metaverse nya terus berkembang dan populer di pasaran. Selayaknya product manager di dunia nyata, metaverse planner juga bertanggung jawab untuk menyusun rencana kreatif yang kemudian diterapkan di dunia metaverse.
Ideas are cheap but execution is expensive. Dengan demikian, kemampuan untuk merencanakan dan mengimplementasikan segala urusan fungsional ke dalam dunia virtual sepenuhnya akan menjadi kunci mutlak bagi banyak perusahaan untuk dapat menjual produk atau jasanya di pasaran.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari software engineering secara lebih dalam seperti halnya, Carnegie Mellon University, Tsinghua University, dan The University of Edinburgh, Institut Teknologi Bandung, Institut Sepuluh Nopember Surabaya, dsb.
Selain itu, jurusan digital marketing, digital business, digital entrepreneurship, e-business kampus Bocconi University, Singapore Management University, Korea University, BINUS University, dan Universitas Prasetya Mulya dapat kamu jadikan referensi yang dapat dipilih apabila ingin menjadi seorang metaverse planner.
4. Metaverse Storyteller
Hampir mirip dengan metaverse planner, seorang metaverse storyteller juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan strategi perencanaan. Bedanya, lebih terfokus merancang strategi perencanaan berupa narasi untuk membuat pengunjung metaverse semakin menikmati sensasi imersif yang ditawarkan.
Storyteller di dunia virtual akan menyusun alur cerita imersif yang menarik untuk berbagai genre permainan dan berbagai petualangan yang dilakukan di metaverse seperti interaksi sosial digital, olahraga, pelatihan online, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
Sehingga posisi ini dituntut untuk mampu menyajikan pengalaman immersive bagi pengunjung yang melakukan petualangan di metaverse melalui strategi perencanaan narasi yang dikemas dengan sebaik dan semenarik mungkin.
Untuk itu kreativitas dalam merencanakan konten dan menarasikan cerita menjadi keahlian khusus yang dibutuhkan sebagai seorang metaverse storyteller.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari literature/english language secara lebih dalam seperti halnya, National University of Singapore, New York University, Macquarie University, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, dsb.
5. Fashion Designer Virtual Reality
Seperti halnya fashion designer di dunia nyata, virtual reality juga membutuhkan posisi pekerjaan ini dalam rangka merancang busana-busana yang ada di dunia virtual.
Namun yang menariknya, seseorang fashion designer di metaverse akan fokus merancang dan mendesain kostum-kostum para avatar. Sehingga posisi ini sangat membutuhkan kreativitas manusia untuk menciptakan rancangan kostum yang memiliki nilai estetika tinggi.
Berbagai brand-brand fashion dunia yang telah hadir di metaverse seperti Zara, H&M, Gucci, Louis Vuitton, Balenciaga, Nike, Blueberry, Givenchy, JW Anderson, dsb.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari fashion designer secara lebih dalam seperti halnya, Fashion Institute of Technology, London College Of Fashion, Central Saint Martins, Lasalle College Indonesia, ESMOD Jakarta, Raffles Institute of Higher Education, BINUS University, dsb.
6. Blockchain Engineer
Blockchain merupakan salah satu sistem krusial yang mengelola financial service di dunia metaverse. Setiap perusahaan yang merancang metaverse akan memanfaatkan blockchain system untuk sistem penyimpanan dompet digital yang akan digunakan untuk melakukan transaksi digital.
Para blockchain engineer akan bekerja pada sistem blockchain untuk merancang, mendesain, menerapkan, mengetes, dan mengelola sistem software. Secara sederhana, pekerjaan ini terfokus untuk memastikan dan mengelola rekam jejak transaksi digital di metaverse.
Sehingga peluang karir ini sangat menjanjikan bagi orang-orang yang mendalami terkait blockchain.
Terdapat juga beberapa rekomendasi jurusan dari kampus top luar dan dalam negeri bagi kamu yang tertarik untuk mempelajari blockchain secara lebih dalam seperti halnya, Harvard University, New York University, National University of Singapore, dsb.
Selain itu, jurusan ilmu komputer kampus Massachusetts Institute of Technology, Stanford University, Carnegie Mellon University, University of California Berkeley, University of Oxford, Universitas Indonesia, Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, dan BINUS University dapat kamu jadikan referensi yang dapat dipilih apabila ingin menjadi seorang metaverse blockchain engineer.